Regenerasi Persija Dinilai "Jalan Ditempat"
KawandNews.com - Dalam satu dekade terakhir, Persija Jakarta tak kunjung memunculkan pemain lokal binaannya. Klub berjuluk Macan Kemayoran ini bertindak layaknya klub kaya dengan gencar membeli pemain, walau nyatanya keuangan klub tak kunjung stabil.
Musim ini, tidak satu pemain pun yang tercatat sebagi pemain murni binaan Persija. Memang ada Rahmat Afandi, Amarzukih juga Andritany Ardhiyasa sebagai pemain yang tumbuh di Jakarta, tapi mereka bukan merupakan pemain yang mendapatkan didikan Persija sejak usia dini.
"Banyak klub internal Persija yang 30 klub itu tak terakomodasi. Jadi mereka jadi tidak merasa memiliki Persija. selayaknya Persija merangkul klub internal dan memberdayakan mereka," ungkap Biro Usia Muda Pengcab PSSI Jakarta Jan Somar.
Afandi dan Andritany mungkin menjadi satu-satunya pemain yang bisa dibilang punya kaitan paling erat dengan sistem pembinaan Persija. Sejak usia muda, Afandi sudah mengenyam pembinaan di SBB Tunas Betawi tapi karir mudanya lebih terbina di klub Pelita Jaya. Meski sempat dikontrak Persija pada usia 18 tahun, Afandi mengalami perkembangan karirnya bersama klub di luar Persija.
Begitu pula dengan Andritany. Penjaga gawang Tim Nasional (Timnas) U-23 itu memang merupakan putra Jakarta, tapi karir mudanya lebih banyak dihabiskan di luar internal Persija. Sempat membela Persib U-18, Andritany kemudian mematangkan karirnya bersama SSB ASIOP, SSB Jayakarta dan Diklat Ragunan.
Meski mengalami masa muda di sekitar Jakarta, Persik Kuningan dan Sriwijaya yang membantu perkembangan Andritany. Setelah menunjukkan bakat dan kematangannya, Persija mulai melirik dan mengontraknya. Bahkan kini pemain kelahiran 26 Desember 1991 itu menjadi punggawa utama di bawah mistar gawang.
Jika ditilik dari pembinaan Persija U-21 memang sedikit berbeda. Ramdani Lestaluhu dan Adixi Lenzivio memang sudah bersama Persija sejak usia 17 tahun, tetapi keduanya sudah mulai tumbuh di Diklat Ragunan. Musim ini, Persija U-21 sebagai satu-satunya pondasi pembinaan usia muda Persija, bahkan tak mampu lolos ke fase delapan besar ISL U-21.
"Saat ini kan baru ada Persija U-21, layaknya, agar sistem pembinaan berjalan baik, Persija sudah mulai melakukan sejak usia U-12. Melakukan scooting sejak usia 10 tahun. Memang investasinya tidak kecil tetapi bisa dijamin masa depan Persija lebih baik lagi," jelas Jan Somar lagi.
Pria yang baru saja diangkat menjadi biro untuk mengurusi sepak bola usia muda ini berharap kompetisi internal di Jakarta ditingkatkan lagi. Persija sebagai salah satu klub terkemuka diharapkan bisa memprakarsai hal tersebut. Program pembinaan sepak bola sejak usia muda juga diyakini akan mengembangkan pendapatan Persija.(jpnn)
Posted by Sains Box
on 14:52. Filed under
Sepak bola
.
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0.
Feel free to leave a response