Peralihan Fungsi Rumah 'Jeron Beteng' Yogyakarta
KawandNews.com - Jeron beteng adalah suatu kawasan di
Yogyakarta yang menarik untuk ditelisik. Istilah Jeron beteng biasa dipakai
untuk menyebut kawasan dibagian dalam beteng yang mengelilingi keraton
Kasultanan Yogyakarta, menjadi situs pusaka budaya utama masyarakat Yogyakarta.
Kawasan ini memiliki pola dan tata ruang yang khas, bangunan bersejarah, serta
pola tata nama yang masih lestari sejak pertama kali pada satu dua abad lalu.
Pada hari kamis pon tanggal 3 Suro, wawu 1681 tahun Jawa, wuku Kuruwelut atau pada tanggal 9 oktober 1755 Sri Sultan Hamengku Buwono I memerintahkan untuk membangun keraton Ngayogyakarta Hadiningrat di desa Pacethokan dalam hutan beringin. Setahun kemudian tepatnya pada hari kamis pahing 13 Suro, Jimakir 1682 tahun Jawa, wuku Julungwangi atau tanggal 7 Oktober 1756 Sri Sultan Hamengku Buwono I beserta keluarganya memasuki keraton tersebut untuk kali pertama, dan sementara waktu menempati gedhong sedhahan. Peristiwa pindahan Sri Sultan Hamengku Buwono I dari Ambarketawang ke keraton Ngayogyakarta Hadiningrat ini ditandai dengan candra sengkalan memet Dwi Naga Rasa Tunggal, berupa dua ekor naga yang ekornya saling melilit diukir diatas banon atau renteng kelir baturana kagungan dalem regol kemagangan dan regol gadhung mlathi.
Jeron beteng dibangun bersamaan dengan
perkembangan pembangunan keraton Ngayogyakarta pada tahun 1755 sebagai inti
kota Yogyakarta atas perintah Sri Sultan Hamengku Buwono I untuk membuat
perkampungan bagi para abdi dalem yang secara langsung melayani kerumahtanggaan
keraton. Luas kawasan ini (kecamatan Keraton) adalah 1.40 km² dengan
batas-batas wilayahnya meliputi kecamatan Gondomanan (sebelah utara), kecamatan
Mergangsan (sebelah timur), kecamatan Mantrijeron atau Ngampilan (sebelah
barat). Jumlah populasi mencapai 29.468 jiwa dengan kepadatan penduduk 20.049
jiwa/km² terbagi dalam tiga kelurahan yaitu Panembahan, Patehan, dan Kadipaten
serta teradapat 43 RW dengan 175 RT. Sehingga
dapat dikatakan kawasan Jeron Beteng merupakan representasi dari kota
Yogyakarta dari aspek sosial budaya. Karena letaknya berada di sekeliling
keraton maka kawasan ini sangat terpengaruh dengan tradisi keraton.
Sebagai bagian dari suatu era, lingkungan ini langsung ataupun tidak langsung juga akan terpengaruh oleh modernitas. Sehingga terjadi penyesuaian terhadap budaya kesehariannya termasuk didalamnya soal menata dan pemanfaatan ruang pada rumah tinggalnya.
Sebagai bagian dari suatu era, lingkungan ini langsung ataupun tidak langsung juga akan terpengaruh oleh modernitas. Sehingga terjadi penyesuaian terhadap budaya kesehariannya termasuk didalamnya soal menata dan pemanfaatan ruang pada rumah tinggalnya.
Pada rumah tinggal Jawa pada umumnya
sama yaitu memiliki ruang-ruang besar mampu menampung beberapa tamu. Ada
keunikan dari rumah Jawa di wilayah Jeron Beteng, mengenai pergeseran gender.
Pada awalnya bagian depan sebuah merupakan wilayah yang berorientasi keluar
tempat prestise domestik dan keteraturan sosial ditampilkan dalam bentuk
perbedaan-perbedaan status dan formalitas.
Menemui orang lain sering diasosiasikan dengan laki-laki, karena laki-laki dianggap sebagai perwakilan dari rumah yang harus berhadapan dengan dunia luar. Sebagai figur rumah tangga dia wajib memelihara prestisnya. Sedangkan bagian dalam dari rumah yang diasosiasikan dengan perempuan, merupakan tempat kaum perempuan secara rutin melakukan tugas-tugas domestik mereka. Pada ritus itu, perempuan mengemban kapasitas untuk menjaga kesejahteraan keluarga dan akumulasi kekuatan dalam rumah. Setelah mengalami banyak transisi perubahan lingkungan baik dari politik, ekonomi, dan teknologi membuat fungsi-fungsi tersebut berubah menyesuaikan situasi. Seperti halnya perubahan ruang tamu pada rumah tinggal di Jeron Beteng kecamatan Keraton tidak seluruhnya berada di pendopo.
Hanya sebagian saja yang mempunyai ruang tamu di pendopo, itupun sudah mengalami renovasi guna memenuhi kebutuhan ruang dan keamanan. Dalam interior ruang tamu yang berada di pendopo maupun di pringgitan merupakan batas transisi antara kedua domain di rumah tinggal Jeron beteng ada pergeseran gender. Pergeseran gender ini disebabkan tidak ditemukannya gender antara laki-laki dan perempuan. Berdasarkan aspek tugas domestik laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki peran dalam ruang keluarga. Sedangkan komunikasi terjadi diruang keluarga antara laki-laki dengan perempuan juga terjalin kesinambungan. Perwujudan sesungguhnya rumah tinggal jawa, omah mburi atau bagian belakang merupakan domain perempuan serta bagian pendapa adalah domain laki-laki, sementara pringgitan sebagai batas antara wilayah tersebut.
Menemui orang lain sering diasosiasikan dengan laki-laki, karena laki-laki dianggap sebagai perwakilan dari rumah yang harus berhadapan dengan dunia luar. Sebagai figur rumah tangga dia wajib memelihara prestisnya. Sedangkan bagian dalam dari rumah yang diasosiasikan dengan perempuan, merupakan tempat kaum perempuan secara rutin melakukan tugas-tugas domestik mereka. Pada ritus itu, perempuan mengemban kapasitas untuk menjaga kesejahteraan keluarga dan akumulasi kekuatan dalam rumah. Setelah mengalami banyak transisi perubahan lingkungan baik dari politik, ekonomi, dan teknologi membuat fungsi-fungsi tersebut berubah menyesuaikan situasi. Seperti halnya perubahan ruang tamu pada rumah tinggal di Jeron Beteng kecamatan Keraton tidak seluruhnya berada di pendopo.
Hanya sebagian saja yang mempunyai ruang tamu di pendopo, itupun sudah mengalami renovasi guna memenuhi kebutuhan ruang dan keamanan. Dalam interior ruang tamu yang berada di pendopo maupun di pringgitan merupakan batas transisi antara kedua domain di rumah tinggal Jeron beteng ada pergeseran gender. Pergeseran gender ini disebabkan tidak ditemukannya gender antara laki-laki dan perempuan. Berdasarkan aspek tugas domestik laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki peran dalam ruang keluarga. Sedangkan komunikasi terjadi diruang keluarga antara laki-laki dengan perempuan juga terjalin kesinambungan. Perwujudan sesungguhnya rumah tinggal jawa, omah mburi atau bagian belakang merupakan domain perempuan serta bagian pendapa adalah domain laki-laki, sementara pringgitan sebagai batas antara wilayah tersebut.