fenomena BlackBerry antara gaya hidup dan (atau) kebutuhan
BlackBerry yang fenomenal,
yup sepertinya kalimat itu cocok menggambarkan kondisi pasar handphone
di Indonesia. Seperti kita tau bahwa, 1-2 tahun belakangan ini demam BlackBerry (BB) benar-benar melanda Indonesia, terutama di kota-kota besar. Padahal layanan BlackBerry di Indonesia sendiri itu sudah ada sejak tahun 2005 tersedia di sini. Saat itu hanya Indosat sebagai operator tunggal yang menawarkan layanan Blackberry Internet Service (BIS).
(ref : marketwire.com)
(ref : marketwire.com)
Dulu, saat saya masih fans berat handphone keluaran Siemens ( dan saat Siemens masih jaya tentunya ), saya sempat bingung melihat spek. dari Siemens SK65 (2005) karena memiliki fasilitas Push-Email based on BlackBerry Built-In technology from RIM. Apa maksudnya…!? jaman segitu, baca spek begituan!
Model dari Siemens SK65 pun terkesan bisnis banget! Sempet naksir sama
model hape satu itu, tp tetap akhirnya belum pernah menyentuhnya sampai
sekarang.
Nah, orang-orang macam ini yang kadang membuat saya berpikir, apakah mereka memang perlu fasilitas “push e-mail” yang merupakan faktor keunggulan dari BB? Karena dari puluhan kerabat yang saya (benar-benar) kenal yang menggunakan BB, mungkin tidak sampai sepertiganya yang memang menggunakan BB karena tuntutan kebutuhan. Sejauh ini orang-orang yang saya anggap menggunakan fasilitas BB secara maksimal adalah : orang-orang yang kerjanya mobile tapi mengharuskan cek email setiap saat, orang yang trading saham/valas secara online (dan mobile tentunya). Lagi-lagi ini pandangan saya lho ya, maaf kalau salah….
Sementara sampai saat ini, kebanyakan memang bukan karena kebutuhan, tapi ya karena gaya hidup. Rajin banget dan secara teratur mengupdate status dari akun jejaring sosialnya. Bahkan sepertinya mereka memiliki komunitas tersendiri. Mungkin sudah puluhan kali saya ditanya PIN BBM (BlackBerry Messenger). Maaf, saya belum tertarik… Sejauh ini sih saya belum butuh push-email. Lha tiap hari juga kerja di depan komputer. Saya juga belum berminat membuka email pekerjaan di luar area kantor. Di samping saya juga sudah mengeluarkan uang bulanan untuk layanan internet broadband di kos. Kalau memang sedang butuh online secara mobile, saya masih lebih pilih koneksi GPRS saja.
:: Oleh-oleh cerita lucu dari Jogja… ::
Ada sedikit cerita lucu tentang BB dan penggunanya. Kejadian ini aseli tanpa rekayasa terjadi di depan mata saya. Sewaktu libur lebaran kemarin, saya sempat mengantar kakak ke Galery Indosat Yogyakarta, di daerah Kotabaru tepatnya. Karena yang punya butuh kan kakak saya, jadi saya hanya duduk menunggu saja.
Di tengah-tengah menunggu itu, ada sepasang suami istri masuk sambil menenteng BB di tangannya masing-masing. Sejauh yang saya dengar, si suami memiliki sedikit masalah dengan jaringan roaming internasional untuk BBnya. Keduanya lalu duduk selang 1 kursi dari tempat duduk saya, dengan si suami yang duduk dekat dari saya.
Selang 5 menit kemudian, datanglah seorang ibu-ibu muda. Kalau dilihat dari cara berpakaian dan dandanannya pastilah orang yang berkecukupan. Langsung jalan menuju ke resepsionis dan mengambil nomor urut antrian. Ibu muda itu duduk tepat di sebelah saya. Sejauh pengamatan saya, sepertinya banyak sekali pengguna BB ini tangannya selalu terlihat menggenggam BB! Mungkin karena tau kalau si Suami dan si Ibu sesama pengguna BB jadi langsung bisa nyambung ngobrol kali ya.
Si Ibu curhat ngomel-ngomel mengkomplain bahwa BB-nya beberapa hari ini Matrix blank sinyalnya, nggak bisa internetan, dsb.Karena intonasi yang rada heboh (sampai-sampai sudah bilang pengen pindah operator BB ), makanya mau nggak mau telinga saya ini ikut asyik mengikuti pembicaraan mereka. Kurang lebihnya seperti ini : (S : Suami, Ib : Ibu-ibu muda)
S : Kenapa BB-nya mbak?Dan pada waktu mau keluar, oleh satpam yang membukakan pintu sempat ditanya : “Loh, gak jadi bu?”
Ib : Ini lho, Matrix saya sudah blank beberapa hari. Sejak lebaran kemarin, nggak bisa buat internetan!
S : Lho kok bisa?
Ib : Gak tau nih. Tiba-tiba aja blank. Matrix perasaan banyak masalah deh. Jadi pengen ganti XL saya!
S : XL juga lumayan koq mbak…
Ib : Tapi nanti PIN saya bisa tetep kan ya pak?
S : Bisa koq mbak, nanti diurus saja.
Ib : Sudah sering Matrix kaya gini, cuma yang sekarang ini kok lama banget, sejak lebaran.
S : (mungkin ngelirik sesuatu di layar BB Ib) Coba dilihat mbak. Mungkin settingan koneksinya.
Ib : (utek-utek BB, sambil mendengar arahan dari S)
S : Oh itu, wifi-nya hidup terus mbak…, jadi koneksi internetnya di-set pakai wifi, jadi gak mau masuk ke jaringan BIS-nya.
(selang beberapa detik)
Ib : Ooh…. oh sudah bisa pak. Ya sudah kalau gitu, saya gak perlu ke CS. Makasih ya pak…. (lalu berjalan menuju pintu keluar)
Sumpah deh, mendengarkan pembicaraan yang terjadi itu rasanya gemes, geli dan emosi sendiri campur jadi satu! Owalaaah bu…, situ yang gak ngerti kok nyalahin pihak lain!
Yang membuat saya heran (disamping level gaptek yang gak nahan) adalah keputusannya untuk mengganti nomor hp dengan mudahnya. Karena dari diskusi tadi, jelas dia lebih mementingkan PIN BB daripada nomer hp itu sendiri yang menurut saya sifatnya lebih publik. Ya kurang tau kalau sebelumnya dia menggunakan Matrix hanya demi berlangganan BB.
Sungguh, saya tidak punya maksud membenci pengguna BB lhoo… Saya juga bukan ANTI BB, toh juga saya tidak dirugikan apa-apa…, hehehe… Dan memang sejauh ini saya merasa belum butuh. Yang jelas, tulisan ini merupakan “what’s on my mind” semata….
Posted by Ajeng Tiara Rihardini
on 10:46. Filed under
tips cowok dan cewek
.
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0.
Feel free to leave a response