Penguatan Rupiah Kalahkan Yuan dan Ringgit
Hingga akhir Februari 2011, nilai tukar rupiah telah terapresiasi alias menguat Rp 400 dibandingkan dolar AS. Penguatan rupiah merupakan yang tertinggi dibanding Yen, Yuan, dan Ringgit.
Hal ini disampaikan oleh Plt Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro dalam jumpa pers di kantor Kementerian Keuangan, Jalan Wahidin Raya, Jakarta, Kamis (24/3/2011).
"Secara regional, untuk kurs dibandingkan negara-negara yang paling terapresiasi. Dibandingkan Jepang, China, atau Malaysia," ujar Bambang.
Perhitungan nilai tukar rupiah dalam APBN 2011 adalah Rp 9.250/US$, sedangkan saat ini rupiah menguat di kisaran Rp 8.700/US$. Bambang menilai penguatan rupiah tidak akan mengganggu aktivitas ekspor. Ini berdasarkan pengalaman di 2010 di mana asumsi dalam APBN-P 2010 Rp 9.500/US$ dan realisasinya mencapai Rp 9.100/US$.
"Ada apresiasi, tapi ekspor tumbuh di atas 14%. Jadi apresiasi belum mengganggu daya saing ekspor. Di sisi lain, produk manufaktur ada impor content 20-30%. Harga impor menjadi lebih murah. Itu membantu daya saing produk ekspor dari manufaktur. Jadi apresiasi masih mendukung ekonomi Indonesia," ujarnya.
Sedangkan dari sisi impor, Bambang menyatakan impor migas Indonesia di Januari adalah yang terbesar dalam setahun terakhir. Sehingga menjadi perhatian pemerintah.
"Devisa keluar lebih besar, konsumsi semakin besar. Ini harus diwaspadai. Trade balance masih surplus Rp 1,9 miliar. Tapi migas defisit, ini menjadi concern. Ekspor meningkat," tandasnya.